17 August 2003

BULAN SABIT

Sejenak tercenung dibawah sinar bulan sabit,
aku sadari bahwa ternyata kau semakin menjauh,
menghilang tanpa bekas angin yang menerpa,
pupus dari genggaman tangan.

Lama aku berdiri dibalik jendelamu yang tertutup rapat,
menunggu saat kau bersedia membukanya,
atau sekedar menilai senandung sesalku.

Memamg aku yang salah,
telah begitu lama mengabaikan mu,
hingga hatimu membeku untukku.
Memang aku yang bodoh,
telah begitu dalam melukai mu,
hingga kau luruh beranjak meninggalkan ku.
Simpan kenangan, tepiskan harapan.

Meski sejenak saja, meski harus membunuh seluruh sisa waktu hidupku
berdiri dibawah temaram bulan sabit, dibalik jendelamu
melantunkan gumam harapan
untuk menghangatkan dingin hati mu
dan untuk menyembuhkan luka mu.
Suarakan kata yang pantas dipegang laki-laki,
janji …
Janji untuk mencinta dan dicinta,
janji untuk melakukan apa saja, segalanya,
memetik bintang, menjelajah angin, bahkan mati …

29 March 2003

BERLALU DAN TERLUPAKAN

Kalau memang mudah untukku melupakan kamu dan semua tentangmu...
mungkin aku akan dengan mudah
mewujudkan semua keinginan hanya dengan satu jentikan jari...
Karena ternyata setiap aku mencoba melupakanmu,
kau justru datang menyelinap disela-sela pikirku.
Karena nyatanya setiap aku berusaha tak mengingatmu,
kau justru membuatku semakin tinggi berharap.
Apa kau sedang bermain de javu?

Kesendirian ini tidak begitu terasa perih dalam sunyi,
yang justru menghadirkan kembali cerita lalu yang berhikmah.

Kesendirian ini akan terasa begitu nyeri didalam kebahagiaan
ketika tak ada yang menerima sebagian kebahagiaan yang aku rasa
ketika tak ada yang disayangi saat aku dilanda cinta
ketika tak ada yang diajak tertawa disaat aku bercanda …

Mungkin aku tak perlu melupakanmu...
Karena mengingatmu lebih tenang …
Karena mengharapkanmu lebih nyaman …
Karena merindukanmu lebih indah …

Lebih baik begini jika memang harus seperti ini...
jika ternyata harus lebih lama menanti...